Selasa, 26 Mei 2015

Makalah Emulsi

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmatnya, Karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini sehingga selesai pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Sediaan Emulsi” ini disusun dan dibuat berdasarkan materi yang telah dirangkum dari sumber yang tepercaya. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika I, pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat menambah pengetahuan bagi para  pembaca. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada  yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Ucapan maaf dari penulis sendiri apabila terjadi kesalahan pengetikan kata dan isi dalam makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.



                                                                                                              Kendari,10 mei 2015               


                                                                    penulis,





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………
A.   LATAR BELAKANG………………………………………………
B.   RUMUSAN MASALAH………………………………………….
C.   MAKSUD DAN TUJUAN……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………
A.   DEFENISI EMULSI………………………………………………………
B.   TIPE-TIPE EMULSI…………………………………………………
C.   KOMPONEN EMULSI………………………………………………
BAB III PENUTUP……………………………………………………………
A.    KESIMPULAN…………………………………………………
B.   SARAN…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….




BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Salah satu sistem koloid yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan  dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar.Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.
 Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cairnamun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri
B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana defenisi sediaan emulsi?
2.    Bagaimanakah tipe-tipe sediaan emulsi?
3.    Apakah komponen-komponen sediaan emulsi?
C.   MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari makalah ini yaitu selain sebagai salah satu syarat penilaian dari mata kuliah Faramasetika I.Tetapi juga untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai sediaan emulsi.Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih memahami lagi mengenai sediaan emulsi.













BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,terdispersi dalam cairan pembawa,distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Depkes,1979).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi kedalam kedalam cairan lain dalam benuk tetesan kecil (Depkes,1995).
Emulsi adalah suatusediaan yang engandung dua zat cair yang tidak mau campur,biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.Dispersi ini tidak stabil,butir-butir ini akan bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.Flavor dan pengawet yang berada dalam fase air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.Emulgator merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil (Anief,1993)
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi,fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainya,umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi ,fase cairan terdispersi disebut fase dalam,sedangkan fase cairan pembayanya disebut fase luar.Jika fase dalam berupa minyak atau larutan dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan,maka emulsi disebut emulsi minyak-air,sedangkan sebaliknya emulsi disebut air-minyak (Depkes,1978).
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.Dalam batasan emulsi,fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air tapi sebaliknya emulsi yang memiliki fase dalam air dan fase luar adalah minyak disebut emulsi air dalam minyak(Ansel,1985).
Emulsi atau emulsions adalah sistem disperse kasar yang solid termodinamik tidak stabil,terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama lain.Dimana cairan  yang satu terdispersi didalam cairan yang lain dan untuk memantapkannya diperlukan penambahan emulgator(voight,1994)       
Oleh karena itu,dari cairan yang tidak dapat bercampur satu sama lain.Yang satu terdistribusi kedalam yang lain dipertahankan untuk melayang.Maka garis tengah tetesan cairan yang terdistribusi sangat penting untuk mengkarakterisasikan sebuah emulsi.(Voight,1994)
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinnya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebgai fase terpisah (Anief,1997)
Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang tidak tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan di mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri dari satu cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan.(Martin,1971)
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul.(Jenkins,1957)




B.   TIPE EMULSI
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu (Anief,1993).
     Emulsi yang memliki fase dalam minyak dan  fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”.Sebaliknya emulsi yang mempunya fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebaga emulsi “A/M”.Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu,suatu emulsi minyak dalam air bias diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air (Ansel,1985).
Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainya,dimana yang satu menunjukkan karakter hidrofil,yang lain lipofil.Hidrofil (lipofod) umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat tercampur dengan air.Sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofod) adalah lemak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak lemak,paraffin,lilin,lemak coklat,malam bulu domba) atau juga bahan pelarut lipofil kloroform,benzene dan sebagainya (Voight,1994)
Dengan demikian ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,apakah fase hidrofil yang terdispersi kedalam fase hidrofod,ataukah fase hidrofod kedalam fase hidrofil.dengan demikian dapat dhasilkan dua macam emulsi yang berbeda.Yaitu yang dinyatakan sebagai emulsi ar dalam minyak ‘’A/M’’ atau emulsi minyak dalam air “M/A’’.(Voight,1994)
Jenis emulsi M/A dan A/M adalah sistem emulsi sederhana.Sistem emulsi ganda akan diperoleh apabila didalam bola-bola emulsi yang terbentuk terdapat lagi bola-bola dari fase lainya.Sistem semacam ini dikatakan sebagai emulsi A/M/A atau emulsi M/A/M.Komponen-komponen yang terdistribusi didalam sebuah emulsi,dikatakan sebagai fase terdispersi atau fase dalam atau fase terbuka.Komponen-komponen yang mengandung cairan terdispersi,dinyatakan sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau fase tertutup.(Voight,1994)


Untuk emulsi yang diberika secara oral,tipe emulsi yang diberikan adalah minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yag lebih enak walaupun sebenarnya diberikan minyak yang tidak enak rasanya,dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya,sehingga mudah dimakan atau ditelan sampai ke lambung.Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih cepat dicerna dn lebih mudah diabsorpsi,atau jka bukan dimaksudkan untuk itu,tugasnya juga akan lebih efektif,msalnya meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi.(Ansel,1985)
Emulsi yang dipakai pada kulit atau sebagai obat luar bias dibuat sebagai emulsi A/M atau emulsi M/A,tergantung pada berbagai factor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi,keinginan untuk mendapatkan efek amolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut,dan keadaan kulit.Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit.Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat yang diemulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus ada sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan.Pada kulit yang tidak luka,suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat digunakan lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini mudah dibasahi oleh minyak dari pada oleh air.Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit,karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air.Sealiknya apabila diinginkan preparat yang mudah di hilangkan dari kulit dengan air,digunakan suatu emulsi minyak dalam air(Ansel,1985).
Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinu, maka emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak merupakan fase kontinu, emulsi merupakan tipe air dalam minyak (A/M). Telah diamati bahwa emulsi M/A kadang-kadang berubah menjadi emulsi A/M atau sebaliknya (inversi).Dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan sebagai emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak dalam air (A/M/A) (Lachman,1994)
Ketika air terdispersikan atau menjadi fase internal (fase dalam) emulsi disebut air dalam minyak (W/o) emulsi. Dalam minyak ketika medium dispersi atau fase eksternal.Sistem yang mengandung sedikit dari 25% air umumnya emulsi w/o. kadang-kadang, lebih kecil dari 10% air akan dipastikan emulsi w/o.Ukuran partikel dari fase dispersi umumnya 0,05 µ atau lebih kecil.(Martin,1971)




















C.   KOMPONEN EMULSI
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu
1.    Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
 a. Fase dispers/ fase internal / fase discontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi atau butiran kecil kedalam zat cair lain.
b. Fase continue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
c. Emulgator
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
Menurut scovilles halaman 318 emulgator terbagi menjadi:
1.     Emulgator alam
Emulgator dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
a.     Berasal dari tumbuhan
·         Karbohidrat,Gum dan bahan-bahan mucilago cocok untuk digunakan dalam emulsi farmasetik. Mereka mempunyai kemampuan mengemulsi banyak substansi secara murni dan menghasilkan emulsi yang Bisaanya bekerja baik jika dilindungi dari fermentasi dengan pengawet. Namun demikian, alkali, sodium borat, caitan alkohol dan garam metalik harus ditambahkan ke dalam gum sangat kationik dan encer, mencegah pemecahan karbohidrat yang banyak digunakan adalah akasia, tragakan, agar, chondrus, dextrum, malt ekstrak dan pektin membentuk minyak dalam air
b.      Berasal dari hewan
·         Protein
·         Gelatin mengemulsi cairan petrolatum dengan lebih mudah dibanding minyak lain dan membuat suatu sediaan yang sangat putih dan lembut serta rasa yang enak. Protein juga membentuk emulsi yang jika digunakan dalam konsentrasi rendah.Kerugian : Emulsi gelatin sulit dijaga dari kerusakan yang    membatasi  nilainya
·          Kuning telur Keuntungan  Emulsi yang dibuat dengan kuning telur, stabil dengan asam dan garam. Jika kuning telur cukup segar, dapat membentuk emulsi yang creaming yang menunjukkan sedikit kecenderungan untuk memisah.Kerugian Jika digunakan kuning telur, emulsi dapat membentuk koalesens dan dapat terwarnai lebih dalam
·           Albumin atau putih telur Keuntungan Serbuk putih telur lebih efektif dari pada putih telur segar karena lebih kental. Kerugian Diendapakan oleh banyak bahan.
·          Kasein Protein dan susu telah digunakan sebagai bahan pengemulsi tapi tidak memiliki keuntungan di bandingkan akasia dan kurang stabil daripada akasia, tidak digunakan untuk tujuan berarti 
c.    Lain – lain
·         Sabun dan Basa Keuntungan Sering digunakan dalam dermatologi untuk penggunaan luar. Sabun adalah emulgator yang lebih kuat khususnya sabun lembut sebagai  bahan yang mengurangi tegangan permukaan dari air Kerugian  Menghasilkan sediaan yang tidak bercampur  dengan asam dengan berbagai tipe.
·           Alkohol
1.    Padatan yang terbagi merata, Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekelilin tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi  yang meskipun berbutr  kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator  dari efek yang ditimbulkan dari pewarna dan serbuk halus
2.    Emulgator sintetik
·         Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-) Contoh : Na, K  dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat yang larut dalam air dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan
·       Kationik. Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+).  Komponen ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi seperti ini pada lotion kulit dan krem
·       Non ionic. Merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar luas digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul antara hidrofik dan lipofilik






2.    Komponen Tambahan
Menurut buku scovile’s zat tambahan pada emulsi terdiri dari:
1.      Pengawet,Beberapa pengawet dibutuhkan dalam emulsi yang disimpan untuk mencegah proses pembusukan protein dan proses fermentasi pada gum dan struktur sekalian agar efektif, pengawet harus larut dalam fase air emulsi dimana ia dapat menggunakan aksi perlindungannya alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12 persen sering digunakan untuk tujuan ini. Asam benzoat 0,2%. Kadang-kadang digunakan tapi kurang efektif. Gusein juga digunakan parahidroksi berzoat dalam konsentasi 0,1 – 0,2 persen telah digunakan tapi penggunaannya dapat dibahasi oleh karena kekuatannya dalam air besar. komponen amonium kuarter dari konsentrasi 0,05 – 0,1 persen telah memberikan komponennya sebagai pengawet untuk buatan gelatin dan sukrosa. Minyak menguap digunakan sebagai pengaroma yang cenderung bekerja sebagai penjawab. Tidak sedikit emulsi yang khusus positif untuk berubah atau dijaga untuk beberapa waktu. Akasia mengandung enzim oksidatif yang cenderung untuk merusak vitamin A dalam emulsi minyak hati ikan. Namun demikian, enzim dapat siap diinaktifkan dengan pemanasan akasia mucilogo untuk beberapa menit noda rat 100oc.   
2.  Pengaroma, dibutuhkan untuk membuat emulsi enak dengan pertimbangan dibutuhkan dalam penggunanya. Formulasion natural, memberikan sejumlah campuran asumotik yang digunakan dengan efek yang baik. aroma dan rasa tajam tidak menyebar pada minyak sebab pengaruhnya lebih lembut. Untuk minyak hati ikan, ekstrat kering atau ekstrak glicynzhea yang diperoleh dari cengkeh atau mint yang mempunyai rasa dan penyebaran yang paling efektif.  Dalam beberapa fomulasi, kedua fase diaromai, Bisaanya 0,1 – 0,5 persen minyak menguap cukup untuk mengaroma emulsi.    Semua pengaroma membutuhkan bahan pertonis untuk membuatnya lebih berasa enak sirup, gula, sakarin dapat digunakan untuk tujuan ini, dan alirerin juga mempunyai sifat sebagai pemanis. Namun demikian bahan-bahan harus digunakan dengan pertimbangan agar sediaan lebih baik dan tidak menutupi rasa dan beberapa komponen lain. kombinasi di beberapa bahan ini tidak.
3.  pewarna,Sebagian besar emulsi berwarna putih atau kuning dan gelap. Ini dikarenakan oleh perbedaan refleksi cahaya yang diberikan oleh minyak dan air, juga karena larutan gelap atau suspensi dari emulagator yang juga berwarna gelap. Jika larutan dari bahan-bahan jernih dan minyak dan air dapat menerangi pada refleksi yang sama, emulsi dari minyak hati ikan dengan penambahan gula yang cukup untuk menyebabkan refleksi. Gliserin memiliki efek yang sama terhadap minyak emulsi yang transparan dimana pertimbangannya mengandung jumlah minyak
Menurut fornas edisi II zat tambahan pada emulsi terdiri dari:
1.    zat pengawet,dapat digunakan metil paraben,propel paraben,campuran metal paraben dan propil paraben,asam sorbet,atau zat pengawet lain yang cocok.
2.    zat antioksidan,dapat digunakan butilhidroksanisol,butilhidrositoluen,propel galat,asam sitrat atau antioksidan lain yang cocok.


BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu.Komponen emulsi ada dua yaitu komponen dasar yang terdiri dari fase dispers,fase kotinue,dan emulgator,dan kompnen tambahan terdiri dari pengawet,pewarna,pengaroma,dan antioksidan.
B.   SARAN
Sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya memahami lebih dalam lagi mengenai defenisi emulsi,tipe-tipe emulsi,serta komponen emulsi agar dapat di aplikasikan pada saat bekerja baik di rumah sakit,puskesmas maupun di apotek.




DAFTAR PUSTAKA

      Anief,Moh.1993.Farmasetika.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta
Anief,Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Universitas Gajah        Mada:Yogyakarta
      Ansel,c howard.1985.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Universitas
                                   Indonesia:Jakarta
Depkes.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen kesehatan RI:Jakarta
Depkes,1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan Ri:Jakarta
Depkes.1978.Formularium Nasional Edisi II.Departemen Kesehatan RI:Jakarta
Jenkins,Glenn L.1957.Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition.The  McGraw-Hill Book Company : USA
Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Universitas Indonesia: Jakarta
Martin,W.1971.Dispending of Medication 7th edition.Marck Publishing Company: USA

Voight,R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.Universitas Gajah Mada:Yogyakarta

Laporan Praktikum Iodometri

PERCOBAAN III
I.    JUDUL    : METODE IODOMETRI

II. TUJUAN :  Untuk menentukan konsentrasi larutan baku Natrium tiosulfat 0,1N.    Dan untuk menentukan kadar kemurnian tembaga II sulfat.

III.  LANDASAN TEORI
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-oksidasi dipergunakan secara luas dalam analisa titrimetrik.Ion-ion dari berbagai unsure dapat hadir dalam kondisi yang berbeda,menghasilkan kemunkinan terjadi banyak reaksi redoks.Dalam banyak prosedur analisis analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus di konversi menjadi satu kondisi oksidasi  tunggal sebelum titrasi (Day&Underwood,2004)
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri)mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar.Metode titrasi iodometri tidak langsung (iodometri)adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia(Basset,1994)
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar.Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer electron.(Day&Undewood,2004)
Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat.Garamini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan larutan baku primer.Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lam (Day&Underwood,2004)
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi,sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berati proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan   reduksi memperoleh electron.Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor ,atom yang berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa,tidak kepada atomnya saja.(Khopkar,2003)
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji,karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk  suatu uji peka terhada iodium.(Day&Underwood,1986)
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan dianjurkan apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day&Underwood,2004)







IV. ALAT DAN BAHAN
1.     Alat Yang Digunakan
a.    Batang pengaduk
b.   Buret
c.    Filler/karet pengisap
d.   Gelas arloji
e.    Gelas ukur
f.    Hot plate
g.   Iodin flash 250 mL
h.   Klem dan statif
i.     Labu tentukur 50 mL,100 Ml
j.     Pipet volume 20 ml,25 mL
k.   Timbangan analitik
l.     Timbangan digital
2.     Bahan Yang Digunakan
a.    Asam klorida 6 N
b.   Asam asetat 2 N
c.    Aquadest
d.   Kalium iodide
e.    Kanji
f.    Kalium bikromat 0,1 N
g.   Natrium bikarbonat
h.   Natrium tiosufal 0,1 N
                                                     


V. PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN REAGENUI
1. Perhitungan Reagen
a. Larutan Na2S2O3 0,1 N 500 mL
       
                    
           
b. Larutan HCL 6 N 100 mL
   M   =
         =
         = 12,06 ek/L
N1 ×V1            =           N2 ×V2
12,06 × V1 = 6 × 1000
               V1 =
                V = 49,75 mL
   


     c. Kalium Bikromat 0,1 N 100 mL
       
                    

d. Asam asetat 2 N 50 mL
  M   =
         =
         = 17,5 ek/L
N1 ×V1            =           N2 ×V2
17,5 × V1 = 2 × 50
               V1 =
                V = 5,71 L
e. indicator amilum 2% 100 mL
          
         = 2  gram
2. Pembuatan Reagen
a. Larutan Na2S2O3 0,1 N 500 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang Natrium tiosulfat 12,4 gram
3.      Dilarutkan dengan aquadest yang telah di didihkan dalam keadaan dingin/aquadest steril.
4.      Dimasukkan kedalam labu tentukur 500 Ml,dan cukupkan volumenya dengan aquadest steril hingga tanda batas,dikocok hingga homogen.
5.      Diberi etiket
b. Larutan HCL 6 N 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dimasukkan aquadest kedalam labu tentukur 100 mL
3.      Dipipet 49,75 mL HCL kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur yang telah berisi aquadest
4.      Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga tanda batas,kocok hingga homogen.
5.      Diberi etiket
c. Larutan K2Cr2O7 0,1 N 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang K2Cr2O7 0,49 gram
3.      Dilarutkan dengan aquadest kedalam gelas kimia
4.      Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL
5.      Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga tanda batas,kocok hingga homogen.
6.      Diberi etiket
d. Larutan CH3CooH 2 N 50 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dimasukkan sedikit aquadest steril kedalam labu tentukur 200 mL
3.      Dipipet seksama CH3COOH 5,71 mL,kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 200 mL
4.      Dicukupkan voumenya dengan aquadest hingga tanda batas
5.      Dikocok hingga homogen,dan diberi etiket
e. Indikator amilum 2 % 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang 2 gram kanji 2 %
3.      Dilarutkan dengan aquadest 100 mL
4.      Dididihkan sambil diaduk sampai bening
5.      Didinginkan,kemudiaan siap untuk digunakan










VI. PROSEDUR KERJA
a.  Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dipipet seksama 10 mL larutan alikuot dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL (triplo)
3.      Ditambahkan 2 gram KI dan 1 gram NaHCO3,dikocok hingga larut.
4.      Ditambahkan 5 mL HCL 6 N dari leher Erlenmeyer dan tutupnya dibasahi dengan air,ditutup.
5.      Didiamkan ditempat gelap selam 10 menit
6.      Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning mudah.Kemudian ditambahkan 2 mL indicator kanji 2 % dan titrasi dilanjutkan kembali sampai hilang warna biru pada larutan
7.      Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan
8.      Dihitung normalitas rata-rata dari larutan Na2S2O3.5H2O
b. Penetapan kadar CuSO4
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang seksama CuSO4 0,3277 gram (triplo)
3.      Dimasukkan masing-masing kedalam iodine flash 250 mL
4.      Dilarutkan dengan 25 mL aquadest
5.      Ditambahkan 5 mL asam asetat 2 N dari leher erlenmmeyer dan tutupnya dibasahi dengan air,ditutup.
6.      Ditamabahkan 2 gram KI dan 1 gram NaHCO3 dikocok hingga larut
7.      Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 sampai berwarna kuning mudah,kemudian ditambahkan 2 mL indicator kanji 2% dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang.
8.      Dihitung kadar kemurnian CuSO4


VIII. PEMBAHASAN
            Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai,yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar.
            Pada percobaan ini menggunakan larutan standar primer kalium bikromat untuk menstandarisasikan larutan Na2S2O3.Standarisasi ini dilakukan karena konsentrasi natrium tiosulfat belum diketahui.Dalam pembuatan larutan Na2S2O3 tidak stabil untuk waktu yang lama.
            Indikator yang digunkan adalah indicator kanji.Pemilihan indicator kanji ini karna kanji dapat membentuk senyawa absorbs dengan iodium yang dititrasi dengan natrium tiosulfat.Sedangkan fungsi dari penambahan KI adalah garam pengoksida iodide secara kuantitatif menjadi iodium dalam larutan berasam.Setelah KI bereaksi dengan larutan asam ,larutan tidak dibiarkan untuk waktu yang cukup lama untuk berhubungan dengan udara,KI ini harus bebas dari iodat karena zat ini akan bereaksi dengan larutan berasam untuk membebaskan iodium.Untuk itu larutan tersebut harus di diamkan di tempat yang gelap.
            Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.Setelah dititrasi sampai larutan berwarna kuning mudah,kemudian larutan ditambahkan indicator kanji sebanyak 2 mL sehingga larutan berubah menjadi warna biru.
            Maksud penambahan idikator kanji pada saat larutan berwarna kuning mudah adalah pada saat itu konsentrasi I2  sudah dalam keadaan seminimal mungkin.Setelah penambahan indicator kanji sebanyak 2 ml titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang sehingga didapatkan normalitas Na2S2O3 0,0940 ek/L.
            Sedangkan pada penentuan kadar CuSO4 , CuSO4 yang telah dilarutkan dengan aquadest ditambahkan dengan asam asetat dan KI sehingga dihasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan ,dan ada endapan berwarna kuning keruh.
            Penambahan KI bertujuan agar KI mampu mereduksi tembaga II menjadi tembaga I sedangkan tembaga II tersebut teroksidasi menjadi I2 dalam larutan berasam,sehingga membentuk iodide.Selanjutnya dititrasi sampai berwarna kuning,dan kemudian ditambahkan indicator kanji sehinggPERCOBAAN III
I.    JUDUL    : METODE IODOMETRI

II. TUJUAN :  Untuk menentukan konsentrasi larutan baku Natrium tiosulfat 0,1N.    Dan untuk menentukan kadar kemurnian tembaga II sulfat.

III.  LANDASAN TEORI
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-oksidasi dipergunakan secara luas dalam analisa titrimetrik.Ion-ion dari berbagai unsure dapat hadir dalam kondisi yang berbeda,menghasilkan kemunkinan terjadi banyak reaksi redoks.Dalam banyak prosedur analisis analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus di konversi menjadi satu kondisi oksidasi  tunggal sebelum titrasi (Day&Underwood,2004)
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri)mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar.Metode titrasi iodometri tidak langsung (iodometri)adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia(Basset,1994)
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar.Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer electron.(Day&Undewood,2004)
Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat.Garamini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan larutan baku primer.Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lam (Day&Underwood,2004)
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi,sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berati proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan   reduksi memperoleh electron.Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor ,atom yang berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa,tidak kepada atomnya saja.(Khopkar,2003)
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji,karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk  suatu uji peka terhada iodium.(Day&Underwood,1986)
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan dianjurkan apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day&Underwood,2004)







IV. ALAT DAN BAHAN
1.     Alat Yang Digunakan
a.    Batang pengaduk
b.   Buret
c.    Filler/karet pengisap
d.   Gelas arloji
e.    Gelas ukur
f.    Hot plate
g.   Iodin flash 250 mL
h.   Klem dan statif
i.     Labu tentukur 50 mL,100 Ml
j.     Pipet volume 20 ml,25 mL
k.   Timbangan analitik
l.     Timbangan digital
2.     Bahan Yang Digunakan
a.    Asam klorida 6 N
b.   Asam asetat 2 N
c.    Aquadest
d.   Kalium iodide
e.    Kanji
f.    Kalium bikromat 0,1 N
g.   Natrium bikarbonat
h.   Natrium tiosufal 0,1 N
                                                     


V. PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN REAGENUI
1. Perhitungan Reagen
a. Larutan Na2S2O3 0,1 N 500 mL
       
                    
           
b. Larutan HCL 6 N 100 mL
   M   =
         =
         = 12,06 ek/L
N1 ×V1            =           N2 ×V2
12,06 × V1 = 6 × 1000
               V1 =
                V = 49,75 mL
   


     c. Kalium Bikromat 0,1 N 100 mL
       
                    

d. Asam asetat 2 N 50 mL
  M   =
         =
         = 17,5 ek/L
N1 ×V1            =           N2 ×V2
17,5 × V1 = 2 × 50
               V1 =
                V = 5,71 L
e. indicator amilum 2% 100 mL
          
         = 2  gram
2. Pembuatan Reagen
a. Larutan Na2S2O3 0,1 N 500 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang Natrium tiosulfat 12,4 gram
3.      Dilarutkan dengan aquadest yang telah di didihkan dalam keadaan dingin/aquadest steril.
4.      Dimasukkan kedalam labu tentukur 500 Ml,dan cukupkan volumenya dengan aquadest steril hingga tanda batas,dikocok hingga homogen.
5.      Diberi etiket
b. Larutan HCL 6 N 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dimasukkan aquadest kedalam labu tentukur 100 mL
3.      Dipipet 49,75 mL HCL kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur yang telah berisi aquadest
4.      Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga tanda batas,kocok hingga homogen.
5.      Diberi etiket
c. Larutan K2Cr2O7 0,1 N 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang K2Cr2O7 0,49 gram
3.      Dilarutkan dengan aquadest kedalam gelas kimia
4.      Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL
5.      Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga tanda batas,kocok hingga homogen.
6.      Diberi etiket
d. Larutan CH3CooH 2 N 50 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dimasukkan sedikit aquadest steril kedalam labu tentukur 200 mL
3.      Dipipet seksama CH3COOH 5,71 mL,kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 200 mL
4.      Dicukupkan voumenya dengan aquadest hingga tanda batas
5.      Dikocok hingga homogen,dan diberi etiket
e. Indikator amilum 2 % 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang 2 gram kanji 2 %
3.      Dilarutkan dengan aquadest 100 mL
4.      Dididihkan sambil diaduk sampai bening
5.      Didinginkan,kemudiaan siap untuk digunakan










VI. PROSEDUR KERJA
a.  Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dipipet seksama 10 mL larutan alikuot dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL (triplo)
3.      Ditambahkan 2 gram KI dan 1 gram NaHCO3,dikocok hingga larut.
4.      Ditambahkan 5 mL HCL 6 N dari leher Erlenmeyer dan tutupnya dibasahi dengan air,ditutup.
5.      Didiamkan ditempat gelap selam 10 menit
6.      Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning mudah.Kemudian ditambahkan 2 mL indicator kanji 2 % dan titrasi dilanjutkan kembali sampai hilang warna biru pada larutan
7.      Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan
8.      Dihitung normalitas rata-rata dari larutan Na2S2O3.5H2O
b. Penetapan kadar CuSO4
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang seksama CuSO4 0,3277 gram (triplo)
3.      Dimasukkan masing-masing kedalam iodine flash 250 mL
4.      Dilarutkan dengan 25 mL aquadest
5.      Ditambahkan 5 mL asam asetat 2 N dari leher erlenmmeyer dan tutupnya dibasahi dengan air,ditutup.
6.      Ditamabahkan 2 gram KI dan 1 gram NaHCO3 dikocok hingga larut
7.      Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 sampai berwarna kuning mudah,kemudian ditambahkan 2 mL indicator kanji 2% dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang.
8.      Dihitung kadar kemurnian CuSO4


VIII. PEMBAHASAN
            Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai,yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar.
            Pada percobaan ini menggunakan larutan standar primer kalium bikromat untuk menstandarisasikan larutan Na2S2O3.Standarisasi ini dilakukan karena konsentrasi natrium tiosulfat belum diketahui.Dalam pembuatan larutan Na2S2O3 tidak stabil untuk waktu yang lama.
            Indikator yang digunkan adalah indicator kanji.Pemilihan indicator kanji ini karna kanji dapat membentuk senyawa absorbs dengan iodium yang dititrasi dengan natrium tiosulfat.Sedangkan fungsi dari penambahan KI adalah garam pengoksida iodide secara kuantitatif menjadi iodium dalam larutan berasam.Setelah KI bereaksi dengan larutan asam ,larutan tidak dibiarkan untuk waktu yang cukup lama untuk berhubungan dengan udara,KI ini harus bebas dari iodat karena zat ini akan bereaksi dengan larutan berasam untuk membebaskan iodium.Untuk itu larutan tersebut harus di diamkan di tempat yang gelap.
            Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.Setelah dititrasi sampai larutan berwarna kuning mudah,kemudian larutan ditambahkan indicator kanji sebanyak 2 mL sehingga larutan berubah menjadi warna biru.
            Maksud penambahan idikator kanji pada saat larutan berwarna kuning mudah adalah pada saat itu konsentrasi I2  sudah dalam keadaan seminimal mungkin.Setelah penambahan indicator kanji sebanyak 2 ml titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang sehingga didapatkan normalitas Na2S2O3 0,0940 ek/L.
            Sedangkan pada penentuan kadar CuSO4 , CuSO4 yang telah dilarutkan dengan aquadest ditambahkan dengan asam asetat dan KI sehingga dihasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan ,dan ada endapan berwarna kuning keruh.
            Penambahan KI bertujuan agar KI mampu mereduksi tembaga II menjadi tembaga I sedangkan tembaga II tersebut teroksidasi menjadi I2 dalam larutan berasam,sehingga membentuk iodide.Selanjutnya dititrasi sampai berwarna kuning,dan kemudian ditambahkan indicator kanji sehingga larutan berubah warna menjadi abu-abu.Kemudian dititrasi kembali sampai berwarna putih susu,sehingga didapatkan kadar kemurnian CuSO4 29,81%
            Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar CuSO4 yang didapatkan pada percobaan yaitu 29,81% tidak memenuhi persyaratan kadar CuSO4 menurut Farmakope Indonesia edisi III.Hal tersebut disebabkan karna kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan penimbangan sampel,melakukan titrasi melewati titik akhir titrasi (TAT),serta indkator yang digunakan sudah tidak segar.

 a larutan berubah warna menjadi abu-abu.Kemudian dititrasi kembali sampai berwarna putih susu,sehingga didapatkan kadar kemurnian CuSO4 29,81%
            Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar CuSO4 yang didapatkan pada percobaan yaitu 29,81% tidak memenuhi persyaratan kadar CuSO4 menurut Farmakope Indonesia edisi III.Hal tersebut disebabkan karna kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan penimbangan sampel,melakukan titrasi melewati titik akhir titrasi (TAT),serta indkator yang digunakan sudah tidak segar.