Senin, 21 Desember 2015

Makalah kardivaskuler (hipertensi,diuretik,vasodilator)

A.    LATAR BELAKANG
Mengingat peranan obat yang sangat penting ini, maka sejak permulaan abad ke – 20 timbul disiplin baru dalam ilmu kedokteran yang dinamakan farmakologi ( farmakon = obat, logos = ilmu ). Semula farmakologi mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan obat dengan definisi sebagai berikut : ilmu yang mempelajari sejarah, asal-usul obat, sifat fisik dan kimiawi, cara mencampur dan membuat obat, efek terhadap fungsi bokimiawi dan faal, cara kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekresi, pengunaan dalam klinik dan efek toksiknya. Obat dalam arti luas adalah zat kimia yang mempengaruhi proses hidup, sehingga farmakologi mencakup ilmu pengetahuan ( explosion of knowledge ) dan keterbatasan kemampuan otak manusia maka farmakologi dipecah menjadi berbagai disiplin yang mempunyai ruang lingkup yang lebih terbatas.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harus mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak. Perubahan terkanan darah, kerja dan frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai faktor pengatur yang bekerja secara serentak.
            Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN OBAT KARDIOVASKULER
Obat Sistem kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung ataupun tidak langsung. Jantung  dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik.  Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Pembuluh darah dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler.
B.     HIPERTENSI
1.      Defenisi hipertensi
Hipertensi didefenisikan suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer).
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung.
2.      Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder:
a.       Hipertensi esensial, atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial, penyebabnya multifaktorial meliputi factor genetic dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk factor lingkungan adalah antara lain diet, kebiasaan merokok, obesitas dan lain-lain.
b.      Hipertensi sekunder, meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan lain.
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII.

Klasifikasi tekanan darah
Tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal
>120
Dan
< 80
Prehipertensi
120 – 139
Atau
80-89
Hipertensi tahap I
140 – 159
Atau
90-99
Hipertensi tahap II
> 160
Atau
>100

3.      Obat-obat Anti Hipertensi
a.       Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretic juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akbat penurunan natrium diruang interstinal dan di dalam sel otot polos pembuluh darahyang selanjutnya menghambat influx kalsium.
                        Obat diuretic terbagi menjadi beberapa golongan:
1)   Golongan Tiazid, terdapat beberapa obat yang termasuk golongan tiazid antara lain hidroklorotiazid, klorotiazid dan diuretic lian yang memiliki gugus aryl-sulfonamida (indapamid dan klortalidon). Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat
2)   Diuretik kuat, diuretic kuat bekerja pada ansa henle Asenden bagian epitel tebal dengan cara menghambat kotransport Na+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan elektrolit, Mula kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat dari pada golongan tiazid. Yang termasuk golongan diuretic kuat antara lain furosemid, torasemid, bumetanid.
3)   Diuretik hemat kalium, Amilorid, triamteren dan spironolakton merupakan diuretic lemah..
b.      Penghambat Adrenergik
1)      Beta Bloker, Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.
2)      Alfa Bloker, Mekanisme kerjanya memblok reseptor alfa adrenergik yang menghabisi katekolamin ada pada otot polosvaskuler perifer yang memberikan efek vasodilatasi. D

c.       Vasodilator, Hidralazin dan minoksidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol.
d.      Inhibitor Angiotensin Converting Enzym (ACE-Inhibitor), ACE membantu produksi angiotensin II (berperan dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelia.
e.       Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasi oleh jalur rennin-angiotensin ( termasuk ACE) dan jalur alternative yang digunakan untuk enzim lain seperti khimase. Inhibitor ACE hanya menutup jalur rennin angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT1), reseptor yang memperantarai efek angiotensn II (vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormone anti diuretic, dan konstriksi arteriol eferen glomerulus)
f.       Antagonis kalsium, obat ini menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.
4.      Kasus
Seorang pasien hipertensi datang kembali ke dokter dengan keluhan dadanya terasa berdebar, setelah mengukur tekanan darah (150/95 mmHg), puls lebih dari 150 kali per menit (normal 60-100 kali/menit), kadar kolestrol total lebih dari 250 mg/dl maka sebelum melanjutkan pemeriksaan selanjutnya maka dokter menulis resep:
R/ Verapamil tab No. XII
S.b.dd. tab 1
Pro: Veramilpa (45th )
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, pasien menderita hipertensi tahap I, kadar kolesterol total tinggi (normal < 200mg/dL) . Oleh dokter diresepkan Verapamil, yaitu obat hipertensi golongan Penyekat kanal kalsium/ CCB  bekerja dengan menghambat gerakan pemasukan kalsium dengan cara terikat pada kanal kalsium tipe L dijantung dan otot polos vaskular beristirahat mendilatasi arteriol sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah. CCB tidak mempunyai efek samping metabolik terhadap lipid. Verapamil memiliki efek kronotropik negatif sehingga tidak menimbulkan takikardia. Verapamil memiliki watu paruh 4,5-12 jam, diekskresikan melalui urin dan tinja. Dosis verapamil untuk hipertensi 3-4 dd 80 mg, maksimal 720 mg sehari, sediaan tab 40 mg.Untuk mengatasi hiperlipidemia pasien dapat diberikan obat penurun kolesterol seperti Lovastatin, dosis dimulai dari 20 mg/hari
Seorang pasien hipertensi datang kembali ke dokternya dengan keluhan sukar buang air besar, sakit kepala, sering kehilangan keseimbangan badan dan mudah lelah. setelah mengukur tekanan darah kemudian dokter membaca kembali rekam medik pasien lalu menulis resep :
R/ Kaptopril tab No.XII
                        S.2.dd.1
Pro: Gayus (30th)
Pasien menderita hipertensi dan diberi resep kaptopril. Kaptopril merupakan obat hipertensin golongan Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI), Bekerja dengan menghambat enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Ginjal menyediakan kontrol jangka panjang tekanan darah dengan mengubah volume darah. Jika terjadi penurunan tekanan darah maka di bagian ginjal (sel jukstaglomerular) pada makula densa ginjal akan melepaskan renin, yang akan dialirkan oleh darah di bawa ke hati diubah menjadi angiotensin I oleh Angiotensin converting Enzym (ACE) menjadi Angiotensin II dimana Angiotensin II akan merangsang sekresi aldosteron di korteks renal, yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na dan  peningkatan volume darah selanjutnya peningkatan tekanan darah.
ACEI efektif untuk hipertensi ringan, sedang maupun berat. Kaptopril diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan bioavailabilitas 70-75% diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis untuk sehari 25-100 mg, 2-3 kali sehari. Digunakan sediaan tablet 12,5 mg.




C.     DIURETIKA
1.      Defenisi Diuretika
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Ian tanu,2007)
Diuretika merupakan zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) (Tjay&Rahardja,2007).
2.      Mekanisme Kerja Diuretika












Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:
a)      Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
b)      Lengkungan Henle. Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+ diperbanyak.
c)      Tubuli distal. Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+.
d)      Saluran Pengumpul. Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini (Tjay&Rahardja, 2007).
3.      Penggolongan diuretika
a)      Diuretika Lengkungan. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemidayang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).
b)      Derivat Thiazida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Contoh obatnya adalahhidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Tjay & Rahardja, 2007).
c)      Diuretika Penghemat Kalium. Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolaktonyang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agak lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).
d)      Diuretika Osomosis. Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Conto obatnya adalah Mannitol dan Sorbitol.Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma. Contoh obat patennya adalah Manitol (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).
e)      Perintang Karbonanhidrase. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-seling. Asetozolamid diturunkan darisulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+
Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi, bat ‘penyakit ketinggian’. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox (Tjay & Rahardja, 2007).
4.      Kasus
Seorang pasien pria mengeluh karena lemas, gerakan lamban, dan terasa kurang nyaman di payudaranya, setelah dilakukan anamnase, pengukuran tekanan darah dan denyut nadi, kadar glukosa, kadar lemak. Kadar asam urat maka dokter menulis resep :
R/  Hidroklortiazid caps No. XII
S.S.dd. caps 1
Ranitidin caps No.XII
S.b.dd.caps 1
Pro: Yusga Natambun 48th
Berdasarkan keluhan pasien dan pengukran yang dilakukan oleh dokter maka dokter memberi resep Hct, yaitu obat hipertensi (Diuretik) golongan Tiazid bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, Cl, sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan curah jantung. Dosis untuk Hct 12,5-25 mg sehari, dapat diberikan sediaan tab 25 mg 1x sehari. Dokter meresepkan pula Ranitidin walaupun pasien tidak ada keluhan tukak lambung, tetapi untuk menutupi efek samping dari obat Hct yaitu Hipomagnesemia, yang mengakibatkan meningkatnya asam lambung. Ranitidin yaitu antagonis H2, menghambat sekresi asam lambung.
D.    VASODILATOR
1.      Defenisi Vasodilator
Vasodilator berasal dari bahasa latin yaitu vas = pembuluh, dillatatio = memperlebar atau vasodilatansia didefenisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat memperlebar pembuluh secara langsung. Zat-zat dengan khasiat vasodilatasi tak langsung tidak termasuk defenisi ini, misalnya obat-obat hipertensi yang menimbulka vasodilatasi melalui blockade saraf-saraf perifer, aktivasi sarafsaraf otak atau mekanisme lainya seperti alfa-dan beta-blockers, penghambat ACE dan antagonis-kalsium (Tjay & Rahardja, 2007).
Berdasarkan penggunaanya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok vasodilator, yaitu:
·         Obat-obat hipertensi : dihidralazin dan minoksidil.
·         Vasodilator Koroner (obat angina pectoris) : nitrat dan nitrit
·         Vasodilator Perifer (Obat gangguan sirkulasi) : buflomedil, pentixifilin, turunan nikotinat dan lain-lain.
2.      Gangguan Sirkulasi
Atherosclerosis (Pengapuran pembuluh nadi) merupakan gangguan arteri yang paling sering terjadi, dimana arteriole sedang dan besar menyempit (stenose) dan hilang kelenturannya. Penyebabnya ialah terjadinya endapan dari antara lain lipida/kolesterol, kalsium, polisakarida dan komponen darah (fibrin) pada dinding pembuluh, serta terganggunya sirkulasi pada jantung, otak dan otot.
1.       Jantung, akibat ischema otot jantung menerima kurang oksigen dan dapat terjadi  penyakit angina pectoris. Penyaluran darah yang terhalang itu dapat diperbaiki oleh vasi dilator koroner dengan khasiat memperlebar arteri jantung.
2.       Otak, Dementia, disebut juga kepikunan, adalah gangguan sel-sel otak akibat proses menua dangan gejala seperti kelemahan konsentrasi, perlambatan fungsi intelek, gangguan-gangguan daya ingat (sering lupa) dan kognitif, depresi dan sukar tidur. Gejala ini tak jarang menyertai proses menua dan insedensinya meningkat antara usia 65 dan 80 tahun, dari kurang lebih 2% sampai 25%. Lebih dari 50% dari kasus ini disebabkan  leh penyakit Alzheimer. Bentuk prah dari demensia ini diakibatkan oleh degenerasi sel-sel kulit otak besar dan bercirikn antara lain kekacauan ingatan dan pikiran dengan perubahan kepribadian yang berdampak terhadap kehidupan sosial.
3.       Otot, terhalangnya sirkulasi dan hypoxia otot tungkai akibat stenose arteriole setempat dapat mengakibatkan antara lain jalan pincang (claudicatio Intermittens). Fakor risiko bagi gangguan pembuluh perifer ini adalah merokok, disbetes, kadar kolesterol tinggi dan hipertensi, yang juga memperburuk keluhan yang sudah ada.


3. Penggolongan
Vasodilator dapat digolongkan secara kimiawi dan menurut titik-kerjanya, yaitu:
a.       Alfa-blockers: prazosin, buflomedil dan kodergokrin.
Zat-zat ini merintangi reseptor alfa adrenegik dengan efek memperlemah daya vasokonstriksi noradrenalin terhadap arteriole.
b.      Beta-adrenergika: isoxuprin
Zat ini menstimulasi reseptor beta adrenergic di arteriole denga efek faso dilatasi  di bronchia dan otot, tetapi terutama dibagian yang tidak sakit.
c.       Antagonis-ca: nifedipin dan ninodipin, flunarizin dan sinarizin
Obat-obat ini memblok saluran-Ca (calcium channels) di sel otot jantung dan otot polos pembuluh, sehingga menghindarkan konstraksi dengan efek vasodilatasi  di arteriole.
d.      Derivat nikotinat: nikotinilalkohol, xantinol- dan metilnikotinat.
Asm nikotinat dan derivatnya terutama mendilatasi pembuluh kulit dimuka, leher dan otot lengan, sedangkan penyaluran darah ke bagian bwah tubuh justru berkurang. Maka itu, zat ini kurang berguna terhadap gangguan sirkulasi di betis atau kaki lebih efektif pada vasospasme di kulit.
e.       Obat lainnya: iloprost, pentoksifilin, ekstrak Gingko biloba dan siklandelat.
4.      Efek samping
Semua vasodilator menimbulkan beberapa efek samping yang bertalian dengan vasdilatasi, yakni:
a.       Turunnya tekanan darah (hipotensi) dengan ousing dan nyeri kepala berdenyut-denyut.
b.      Tachycardia reflektoris (frekuensi jantung naik akibat aksi balasan) dengan gejala debar jantung (palpitasi), perasaan panas di muka (flushing) dan gatal-gatal.
c.       Gangguan lambung-usus, seperti mual dan muntah-muntah. Guna mengurangi efek yang tak diinginkan ini vasodilator sebaiknya diminum pada waktu atau sesudah makan.